Beton adalah salah satu bahan konstruksi yang paling
banyak digunakan di dunia. Ini disebabkan diantaranya karena:
§
bahan-bahan dasar pembuat beton seperti
air, semen, pasir dan agregat kasar mudah didapat
§
beton itu relatif awet atau tahan lama
(durable)
§
beton mudah dibentuk keberbagai bentuk
yang diinginkan
Seperti telah disinggung diatas, beton
dibuat dengan mencampurkan:
§
Air
§
Semen
§
Agregat halus (pasir)
§
Agregat kasar
§
Bahan campuran tambahan jika diperlukan
Bahan-bahan dasar beton dengan proporsi
tertentu yang dihasilkan dari perencanaan campuran dicampur dengan
mengikuti prosedur pencampuran yang dijabarkan di buku peraturan beton.
Proporsi campuran beton biasanya dibuat dengan mempertimbangkan hal-hal berikut:
§
kemudahan dalam pelaksanaan seperti
transportasi, pengecoran dan pemadatan
§
waktu yang diperlukan sebelum beton
mengeras (setting time)
§
kekuatan dan ketahanan dari beton
Perbedaan komposisi dari setiap bahan dasar beton
akan memperngaruhi properti-properti beton yang dihasilkan, seperti:
§
kemudahan pengerjaan
§
kesatuan
§
kekuatan
§
ketahanan atau keawetan
Sebelum kita membahas tentang properti-properti
beton, ada baiknya kita bahas dulu setiap bahan dasar yang akan kita gunakan
untuk membuat beton. Ini akan membantu kita untuk lebih mengerti perilaku dari
beton.
Semen adalah
bubuk halus yang jika dicampur dengan air akan menhasilkan adukan semen. Adukan
semen ini berfungsi untuk mengikat dan menahan bersama agregat-agregat di dalam
campuran. Ada beberapa jenis semen yang kita kenal, yaitu:
§
Semen portland
§
Semen blended hidrolis
§
Semen hidrolis expansif
Dari berbagai jenis semen diatas, semen portland
adalah semen yang pada umumnya digunakan pada pelaksanaan konstruksi. Adapun
semen lainnya hanya digunakan untuk bangunan atau kondisi tertentu saja. Disini
kita hanya akan membahas semen portland.
Semen
portland dibagi lagi menjadi beberapa tipe:
§
Semen portland tipe I:
Semen portland biasa ( ASTM C 150-95a & SNI 15-2049-1994 & BS
12 :1989)
§
Semen portland tipe II: Semen tahan
sulfat yang menengah ( ASTM C 150-95a & SNI 15-2049-1994 & BS
1370 :1974)
§
Semen portland tipe III: Semen dengan
kekuatan awal yang tinggi ( ASTM C 150-95a & SNI 15-2049-1994
& BS 12 :1989 )
§
Semen portland tipe IV: Semen dengan
panas hidrasi yang rendah ( ASTM C 150-95a & SNI 15-2049-1994 )
§
Semen portland tipe V: Semen tahan
sulfat yang tinggi ( ASTM C 150-95a & SNI 15-2049-1994 & BS 4027
:1980)
Semen
portland tipe I adalah semen yang umum digunakan
untuk berbagai jenis penggunaan dimana properti-properti tertentu seperti yang
diberikan oleh tipe-tipe yang lain tidak diperlukan.
Semen
portland tipe II digunakan jika perlindungan terhadap pengaruh sulfat
pada level yang moderat diperlukan. Biasanya struktur-struktur drainase
terekspos terhadap keberadaan sulfat pada level moderat.
Semen
portland tipe III memberikan kekuatan awal yang tinggi. Hal ini berguna
jika kita ingin membongkar bekesting lebih cepat atau beton ingin segera
dibebankan atau difungsikan.
Semen
portland tipe IV menghasil panas hidrasi yang rendah.
Semen
portland tipe V digunakan untuk mengatasi penggunaan beton di
konstruksi yang terekspos terhadap sulfat dalam kandungan tinggi (tanah atau
air tanah).
Berdasarkan uraian diatas, jelas setiap jenis
semen portland akan menghasilkan properti yang berbeda.
Karena semen portland akan bereaksi jika bercampur
dengan air atau kelembaban, maka penyimpanan semen portland perlu diberikan
perhatian khusus. Semen sebaiknya tidak disimpan diatas permukaan tanah. Tempat
penyimpanan juga sebaiknya mempunyai pengudaraan yang baik, bersih dan kering.
Agregat dibagi menjadi dua bagian, agregate halus dan kasar.
§
Agregat halus atau pasir
§
Agregat kasar termasuk batu pecah dan
kerikil
Beberapa karakteristik dari agregat yang perlu
diperhatikan adalah:
§
Kekuatan dan kekerasan, agregat-agregat
yang mempunyai kekuatan dan kekerasan yang lebih tinggi akan menghasil beton
dengan kekuatan yang lebih tinggi juga.
§
Ketahanan dalam jika mengalami gerusan
dan kelapukan
§
Secara kimia tidak reaktif sehingga
tidak akan beraksi dengan larutan semen
§
Bersih sehingga rekatan antara
agregat-agregat dengan adukan semen tidak terganggu
§
Bergradasi, agregat-agregate sebaiknya
mempunyai ukuran yang bervariasi sehingga mereka akan bisa bersatu dengan baik.
Sebagai hasilnya, beton yang dihasilkan akan lebih padat dan kuat.
§
Bentuk agregat, agregat yang bundar akan
menhasilkan campuran yang mudah dikerjakan sedangkan agregat yang berbentuk
tajam akan sukar untuk dicor, dikerjakan/diratakan dan dipadatkan akan tetapi
menghasilkan beton yang lebih kuat.
Agregat-agregat sebaiknya disimpan ditempat yang
bersih, terpisah dari bahan konstruksi yang lain dan kering. Jika tempat
penyimpanan basah, maka jumlah air yang diperlukan untuk
campuran perlu dikoreksi.
Air adalah bagian vital dari campuran beton karena air
diperlukan untuk hidrasi semen yang akan menghasilkan adukan semen yang akan
mengeras seperti batu. Adukan semen ini yang ketika keras akan mengikat
agregat-agregat menjadi satu kesatuan yang padu. Karena peranannya ini, air
harus bersih dari kontaminasi kotoran, unsur-unsur kimia dan sampah yang
munkin akan mempengaruhi beton. Untuk itu, air harus dicek kebersihannya
sebelum dipakai. Patokannya, kalau air itu aman diminum, maka air itu juga bisa
digunakan di campuran beton.
Bahan
tambahan biasanya diperlukan jika kita ingin
mengubah properti dari beton yang dihasilkan, baik pada keadaan cair atau
setelah keras seperti misalnya untuk menambah kemudahan pengerjaan dari suatu
campuran beton.